October 17, 2009

Lawung Ageng

Hari Sabtu lalu, aku datang ke 0 km (Monumen 1 Maret) karena ada invitation dari Mas Hendro Plered di FB. Ternyata di situ diselenggarakan acara budaya, orasi dan tarian yg intinya sih meminta adanya Pisowanan Ageng. Pisowanan Ageng sendiri merupakan ajang pertemuan Sultan Jogja dengan masyarakat, supaya masyarakat bisa menumpahkan uneg2 dan meminta konfirmasi mengenai berbagai hal, keresahan maupun pertanyaan.
Nah, dalam hal ini yang sedang menimbulkan keresahan rakyat Jogja adalah soal RUU Keistimewaan yg sedang digodog pemerintah pusat. Bagaimana nantinya Jogja akan menentukan Gubernurnya? Dengan penetapan seperti yg sudah berjalan selama ini, ataukah dengan pilkada? Hmm..
I wonder, kenapa perlu merubah sesuatu yang sudah berjalan begitu lama dan ngga menimbulkan persoalan apapun? Apakah demokrasi = pemilihan umum? Gimana kalau penetapan adalah sesuatu yg diinginkan seluruh rakyat? Bukankah itu juga demokrasi?
Yang menarik, di kesempatan itu juga ditampilkan sebuah tarian yang merupakan karya Sultan HB I. Nama tariannya Lawung Ageng. Seharusnya dibawakan oleh lebih banyak penari, tapi karena kondisi yang mendesak, menggambarkan keprihatinan, dan dengan dana terbatas, maka dibawakan dengan penari yg kurang daripada yg seharusnya.
Anyway, tarian ini menggambarkan dua kubu yang berselisih karena beda pendapat dan ada provokatornya juga, kemudian ada pihak yg punya ide buat melakukan perundingan aja daripada perang melulu.
Ini foto2nya:

Menunggu acara puncak dimulai:



Demonstrasi dengan berbagai macam tuntutan mengenai keistimewaan Yogyakarta:

Turis2 asing tertarik juga nih:

Di sini para pemain gamelan mengiringi penari2:

Para penari juga digangguin sama badut2 nakal dan provokator yang bikin mereka bertarung:

Huhh.. nunggunya lama, panasss... istirahat dulu aahhh..

Dan inilah dua kubu yang bertarung itu:







Dan akhirnya, ada yang punya inisiatif untuk berunding mencapai perdamaian:


No comments: